Powered By Blogger

Minggu, 11 Oktober 2009

Penggunaan Ragam Bahasa

Contoh penggunaan ragam bahasa

pedagang asongan di terminal Situbondo menjelaskan bahwa pada ciri fonologis ditemukan adanya perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Gejala perubahan fonem ditandai dengan adanya perubahan fonem vokal menjadi vokal lainnya, atau bisa juga perubahan fonem konsonan menjadi konsonan lainnya. Adanya penambahan fonem pada suatu kata (morfem) lebih sering terjadi pada daerah-daerah yang masih kental unsur bahasa daerahnya. Penambahan fonem merupakan bentuk penambahan atau menyisipkan fonem tertentu ke dalam bentuk kata (morfem). Penghilangan fonem dalam ciri fonologis merupakan salah satu gejala bahasa. Terdapat tiga gejala bahasa yang termasuk penghilangan fonem, yaitu (1) gejala aferesis adalah gejala penghilangan fonem pada awal kata, (2) gejala sinkop adalah gejala penghilangan fonem pada tengah kata, dan (3) gejala apokop adalah gejala penghilangan satu bunyi atau lebih pada akhir kata.

Pada ciri morfologis dilakukan pengamatan terhadap penemuan adanya bentuk-bentuk morfem-morfem tertentu, baik yang merupakan alomorf atau bukan. Seperti diketahui bahwa perubahan morfem ada yang merupakan varian morfem, tetapi juga ada yang terjadi karena pengaruh logat yang disebut pungutan logat atau pungutan dialek. Salah satu contoh penemuan data dalam ciri morfologis terdapat pada kata /deggan/, dalam pengucapannya sering berubah menjadi /duggen/. Secara fonetis, bentuk kata /deggan/ berbeda dengan bentuk kata /duggen/, tetapi perbedaan tersebut tidaklah fonemis. Kata /dəggan/ juga termasuk morfem bebas. Oleh karena itu, jika ditemukan bentuk kata /duggən/ dalam suatu ujaran, hal itu bukanlah merupakan alomorf. Secara morfologis bentuk kata /duggən/ tidak berbeda dengan bentuk kata /dəggan/.

Ciri sintaksis adalah ciri bahasa yang dapat dilihat dari konstruksi kalimat. Dalam menganalisis kalimat pada ragam bahasa pedagang asongan terutama di terminal Situbondo, hanya terbatas pada interaksi yang terjadi antara pedagang asongan (penjual) dengan calon pembeli (penumpang bus). Hal ini dikarenakan pada interaksi ini terbentuk pembicaraan yang bersifat persuasif dimana terjadi suatu penawaran, pertanyaan, atau ketertarikan calon pembeli terhadap barang yang akan dibeli. Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan S, P, O, Pel dan Ket. Kelima fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur sintaksis.

Ciri diksi didefinisikan sebagai pemilihan atau pemakaian kata yang akan digunakan untuk berinteraksi dalam situasi tertentu, sedangkan ciri leksikal merupakan ciri yang dapat dilihat dari kata atau kosakata. Seperti telah disinggung di muka bahwa dilihat dari segi bunyi, ragam bahasa yang digunakan pedagang asongan menunjukkan adanya perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Adanya perubahan semacam itu disebut pungutan dialek, dalam hal ini dialek Situbondo. Khusus dalam penelitian ini cenderung digunakan istilah pungutan logat. Cara pengucapan kata-kata (aksen) oleh pedagang asongan mempunyai karakteristik tertentu sehingga mengakibatkan timbulnya ciri-ciri khusus dalam setiap pertuturan. Pengucapan-pengucapan seperti itu dirasakan sebagai suatu hal biasa (kebiasaan pertuturan).

Penyelidikan tentang ciri intonasi menjadi sulit apabila dianalisis sampai kepada yang paling detail. Oleh karena itu, penganalisisan intonasi didasarkan kepada penandaan yang jauh lebih sederhana agar mudah dipahami. Cara yang lebih mudah untuk memberikan penandaan terhadap intonasi bahasa yaitu dengan angka-angka. Angka 1 sampai dengan 4 yang menunjukkan tinggi rendah nada secara garis besarnya sehingga pola-pola lagu kalimat dapat dilihat secara lebih mudah. Pemakaian angka 1 sebagai nada yang rendah, angka 2 sebagai nada yang sedang, angka 3 sebagai nada yang tinggi, sedangkan angka 4 sebagai nada yang luar biasa tingginya. Peneliti akan menggunakan cara ini bersama persendian untuk menyajikan beberapa keterangan yang menyangkut intonasi.

Para pedagang asongan di terminal Situbondo lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dialek Situbondo (bahasa Madura) dan cenderung memakai pola intonasi kalimat dasar, dalam hal ini mereka sering memakai pola-pola intonasi kalimat tanya khususnya pemakaian kalimat elips. Oleh karena itu, untuk menghasilkan bentuk kalimat tanya tanpa memakai kata tanya, lebih banyak tergantung kepada penciptaan pola intonasi. Jadi, hanya memakai intonasi tanya terhadap kata-kata yang menjadi pokok ujaran.

Penggunaan Ragam Bahasa

kategori